Penulis dan Singkong Gajah yang berumur 11 bulan di Belakang Kompleks BLK Sei Fatimah Nunukan, Kaltim. Singkong Gajah adalah Singkong yang telah berkembang di Kalimantan Timur sejak lama, amun kemudian dipopulerkan kembali dengan nama 'Singkong Gajah' oleh Prof. Ristono dari Borneo Environment Community yang berkantor pusat di Samarinda. Penulis adalah anggota BEC untuk wilayah Kalimantan Timur bagian Utara.
Batang Singkong Gajah lebih besar dari lengan Penulis. Singkong Gajah berbeda dengan Singkong biasa, batang pohon Singkong Gajah mengalami percabangan sebagaimana Singkong tahunan, bahkan percabangannya sampai 5 kali pada umur 11 bulan. Daun Singkong Gajah memiliki sampai 9 sirip daun, seperti gambar di bawah ini.
Batang Singkong Gajah berwarna coklat agak kehitam-hitaman, tangkai dan tulang daun berwarna merah, batang mengalami percabangan hingga 5 tingkat (kali) percabangan sehingga bentuk pohon Singkong Gajah seperti Singkong Tahunan (Singkong Karet atau Singkong Gendruwo). Namun rasa umbinya Singkong Gajah enak, tidak pahit seperti Singkong Gendruwo atau Singkong Karet. Singkong Gajah sudah bisa dipungut hasilnya bahkan pada umur 6 bulan, namun hasilnya belum begitu banyak.
Gambar di atas ini adalah Singkong Gajah yang lainnya, agak berbeda dengan yang di atasnya tadi. Batang pohon Singkong Gajah yang ini coklat agak kemerah-merahan dengan tangkai dan tulang daun berwana putih kehijauan. Menurut Bapak Subandi, (Kabid Tanaman Pangan Dipertanak Nunukan), jika Singkong bertangkai dan tulang daun putih biasanya bersifat genjah, artinya pada umur muda sudah mulai berisi umbinya, sehingga bisa dipanen lebih muda. Sedangkan Singkong yang bertangkai dan tulang daun warna merah, biasanya umurnya agak dalam, artinya singkong ini baru berisi pada umur yang agak tua, maka pemanenan lebih lama.
Bapak Drs. Asmuni inilah yang mendatangkan dan mempopulerkan Singkong Gajah di Nunukan dan Tarakan. Di Nunukan Singkong Gajah ditanam di belakang BLK (Balai Latihan Kerja) yang berdekatan dengan kebun SMK Negeri Nunukan yaitu di Jalan Sungai Fatimah di Nunukan. Bapak Asmuni adalah mantan Kepala BLK sekarang beliau sudah menduduki jabatan baru yaitu Camat Sebuku Kabupaten Nunukan. Beliau bersama Penulis mempunyai rencana untuk mengembangkan Singkong Gajah di Sebuku. Rencana pengembangan Singkong Gajah ini sudah masuk pada Rencana Kegiatan Tahun 2011 yang akan datang.
Penjemuran Chips Singkong yang sudah mengalami 'fermentasi' dengan Stater Bio Mocaf.
Perendaman Chip Singkong basah dalam bak hitam. Ini skala ujicoba yang dilakukan oleh Penulis di Sanggar Riset Aren Research Centre milik AREN FOUNDATION yang berpusat di Nunukan Kalimantan Timur.
Tepung Mocaf hasil penggilingan Pabrik Tepung Mocaf binaan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan. Pabrik Tepung Mocaf ini merupakan bantuan dari Pemerintah Pusat melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur. Tepung Mocaf produksi Nunukan ini laris manis di pasaran lokal kota Nunukan dengan harga Rp 5.000 per kg. Yang berminat memesan Tepung ini bisa menghubungi Dinas Pertanian atau langsung kepada Divisi Pemasaran Tepung Mocaf, yaitu Saudara Nanang dengan HP. 081254005645.
Penulis dan Tepung Mocaf produksi pertama kali dari Nunukan. Tepung ini sempat ada yang dilelang oleh Gubernur Kaltim Bapak Awang Farouk Ishak (AFI) dengan harga Rp 1 juta satu kilogram saja. Lelang kedua oleh Bupati Nunukan H. Abdul Hafied Ahmad laku Rp 500 ribu sekilogram saja. Yang mahal mungkin tanda tangan yang ada di bungkus tepung mocaf tadi, kalau tepungnya sudah laku laris manis di Nunukan dengan harga Rp 5.000 per kg, lebih murah dibandingkan dengan harga tepung Terigu yang mencapai Rp 9.000 per kg.
Tepung Mocaf ini berwarna putih bersih seperti tepung terigu, tidak ada lagi aroma singkong atau ubi. Menurut para pembuat kue, tepung ini sama dengan tepung terigu, persis tiada beda. Ini sangat menguntungkan bagi mereka karena harganya lebih murah, hampir separuhnya.