Rabu, 13 November 2013

Singkong Gajah Dari Samarinda Masuk Pentas Internasional

 

IMG-20130509-00196

Singkong Gajah Dari Samarinda Masuk Pentas Internasional

Rencana bisnis dari Singkong Gajah (Elephant Casava) yang ditemukan oleh Professor  Ristono di Samarinda kini bersaing di pentas international dalam ajang Lee Kuan Yew Global Business Plan Competition yang diadakan oleh Singapore Management University. Kompetisi ini sendiri bertujuan mencari ide – ide baru yang dapat menggugah dunia.

Dan tidak tanggung – tanggung, saat ini dalam kompetisi, ide Singkong Gajah masuk 6 besar dari 16 ide yang lolos ke semifinal. Dan perlu diketahui, untuk masuk tahap semifinal ini grup Singkong Gajah harus menyisihkan ratusan ide – ide bisnis lainnya yang berasal dari 75 institusi dan universitas di seluruh dunia. Namun masih ada satu tahap lagi yang harus dilalui sebelum akhirnya dipertemukan oleh Angel Investor dengan perusahaan agricultur raksasa “Wilmar” selaku sponsor tunggal kompetisi yang kemungkinan besar akan memberikan investasi penuh bagi pemenang kompetisi.
Adalah Arbiyan Christianto dan Aryo Andityo, dua mahasiswa dari Universitas Gajah Mada yang meminjam produk Singkong Gajah untuk diperkenalkan kepada komunitas internasional.

Dalam kompetisi, tim memperkenalkan Singkong Gajah dengan pendekatan korporasi. Dijelaskan dalam rencana bisnis bahwa Singkong Gajah adalah tanaman multyfungsi yang mampu mencapai break event point (titik impas) dalam jangka waktu sangat singkat. Perusahaan yang dibentuk juga akan berdasarkan konsep social corporation dan eco friendly business dimana realisasinya akan memberdayakan petani tradisional dan masyarakat desa dalam memproses Singkong Gajah menjadi produk – produk seperti tepung mocaf, biobriket, flavonoid, dan baglogs tanpa menyisakan limbah sama sekali.

Kedua mahasiswa ini menganggap bahwa Singkong Gajah memang superior dari segi apapun. Namun sangat disayangkan bahwa perhatian pemerintah dirasa masih sangat minim terhadap Singkong Gajah yang dapat memajukan kualitas hidup masyarakat itu. Oleh karena itu, perlu perjuangan ekstra keras untuk mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak.

Prof Ristono, sekaligus pembina dalam kompetisi ini, kepada tribunkaltim.co.id Senin (19/8/2013) lebih memperinci terkait “supernya” produk temuannya ini. Dari 1 hektar sendiri, dapat dihasilkan sekitar 100 ton Singkong Gajah. Sangat jauh dari singkong tradisional yang hanya 5 – 10 ton perhektarnya. Memang selama ini, produksi singkong dapat ditingkatkan dengan bahan kimia namun sama saja akan menambah permasalahan dunia yang baru. Singkong Gajah menurut Ristiono dapat menjawab sedikitnya 4 masalah terbesar yang di hadapi dunia saat ini. Mulai dari masalah pangan, energi, kesehatan dan inilah yang selalu ditekannya kepada dua mahasiswa yang sedang berkompetisi.

“Produk apa yang ada nilai ekonomisnya, yang bisa dilaksanakan secara menyeluruh, secara orang banyak dalam waktu singkat dengan tekhnologi yang ada dulu. Itu yang perlu dipikirkan,” kata Ristono.

Untuk pangan, Singkong Gajah diolah sedemikian rupa menjadi tepung mocaf yang sangat layak untuk menggantikan tepung gandum yang ada selama ini. Untuk energi, tepung kanji dapat digunakan sebagai perekat dalam pembuatan briket batu bara (biobriket). Dan untuk kesehatan, kandungan flanovoid di Singkong Gajah juga dapat menyembuhkan penyakit kanker. Bahkan sisa dari proses produksi ini dapat digunakan sebagai media tanam (baglogs) sehingga  nyaris tanpa limbah.

Dan rencananya, Ristiono sendiri juga akan mengikuti langsung acara final pada 24 Agustus mendatang di Singapura.

“Saya ingin melihat seperti apa produk yang di tawarkan 6 finalis lainnya,” kata Ristiono.
 
Editor: Budi Prasetyo
Sumber: Tribun Kaltim
Sumber Foto : http://singkonggajah.wordpress.com/
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar