Minggu, 15 Agustus 2010

Sensasi Brownies Singkong


Sensasi Brownies Singkong

Posted by depoklik on Aug 15th, 2010 // No Comment 


when east meet west, ungkapan tersebut rasanya cukup mewakili petualang kuliner depoklik kali ini yaitu, brownies singkong dari Hannah Cake&Cookies .Rasanya lebih legit dan padat jika dibandingkan dengan brownies yang menggunakan tepung terigu. Pilihan rasanya pun menggugah selera, seperti green tea, moccacino, kacang, dan pandan yang semuanya dicampur dengan bahan dasar singkong. Bila brownies pada umumnya menggunakan perpaduan selai coklat, maka brownies singkong Ibu Sri ini menggunakan selai strawberry, bluberry, bahkan belimbing. Plus, bisa bertahan delapan sampai sepuluh hari diluar lemari es.

Sri Mutiningsih, pemilik sekaligus koki di Hannah Cake&Cookies menambahkan bahwa bahan dasar singkong lebih menguntungkan bagi pembeli dan penjual. “Tepung singkong lebih irit dari segi berat timbangannya jadi kue yang saya buat dapat lebih mengembang, lebih ekonomis, tidak mengandung gluten sehingga baik untuk pencernaan, “jelas finalis Wanita Wirausaha Femina 2009 ini. Brownies singkong juga dapat bertahan lebih lama, yaitu delapan hingga sepuluh hari di luar lemari es.

Sekedar informasi, ternyata brownies singkong dari Depok ini sudah melanglang buana. Berbagai media cetak mulai dari koran hingga majalah telah memuat si brownies singkong ini. Bahkan media elektronik dari online hingga televisi juga tak ketinggalan mengejar kenikmatan si singkong saat berubah wujud menjadi brownies ini. Tak perlu heran juga, sebab brownies singkong sudah berkali-kali mengikuti pameran makanan seperti Market Plan UKMCSR FEUI 2006 dan menjadi pemenang Pangan Award 2009 kategori diversifikasi makanan. Hmm…sepertinya tak perlu diragukan lagi kualitasnya, ya?

Bila selama Ramadhan atau Idul Fitri, kudapan yang tersaji hanya itu-itu saja, coba sajikan brownies singkong di meja makan Anda sebagai alternatif hidangan hari raya Anda dan keluarga. Anda cukup memesan lewat telepon, email atau langsung datang saja ke kediaman Sri Mutiningsih. Sebaiknya Anda memesan terlebih dahulu, sebab sistem Hannah Cake&Cookies dibuat bila ada pesanan supaya fresh from the oven. Selamat mencoba!

Hannah Cake&Cookie
Jl. Citayam Raya – Gg. Bakti RT 002/02 No.57
Telp. 77216800, 30575161, 081310961612
E-mail : cassavabrownies@yahoo.co.id
Produk: brownies singkong, aneka cake, dan aneka kue-kue panggang (seperti nastar, putri salju)
Harga : Rp 20.000 hingga kisaran Rp. 100.000

Windu Puspa Ningtyas

Foto: WPN

Brownies Singkong, Tahan 12 Hari di Luar Kulkas


Brownies Singkong, Tahan 12 Hari di Luar Kulkas

Oleh : Samsul Hadi


Selama ini singkong hanya dipandang sebelah mata. Padahal dengan pengolahan yang baik, tepung singkong dapat menjadi pengganti bahan baku tepung terigu, yang harganya semakin mahal.

Ketika usaha jalan di tempat, melakukan inovasi produk mungkin lebih efektif untuk mengatasinya, ketimbang mencari peluang bisnis baru. Dan, banyak pelaku usaha melakukan hal itu. Salah satu dari mereka yaitu Sri Murtiningsih, pembuat cake brownies.

Pada 2003, Sri, begitu ia biasa disapa, membuat kue bantat berasa legit itu dari tepung terigu. Tetapi, karena para pelaku usaha di produk yang sama sangat banyak, maka usahanya pun maju tidak mundur enggak juga. Untuk mengatasi kondisi ini, sarjana komputer dari Universitas Gunadharma, Jakarta, ini menerima tawaran untuk mengikuti pelatihan membuat makanan dari tepung singkong atau yang biasa disebut mocal (modified cassava flour). Sekadar informasi, pelatihan ini diselenggarakan oleh sebuah lembaga bekerja sama dengan PT Sentrafood, perusahaan distributor tepung singkong.

Sejak itu atau tepatnya dua tahun lalu, ia beralih dari tepung terigu ke tepung singkong. “Dari segi biaya produksi, tidak terjadi pengurangan yang signifikan. Sebab, saya menggunakan bahan baku tambahan yang berkualitas nomor satu. Tapi, di luar itu semua adalah keunikannya, mengingat hampir semua makanan terbuat dari tepung terigu. Sehingga hal ini memicu peningkatan permintaan hingga 20%. Selain itu, brownies dari tepung singkong rasanya lebih enak,” kata ibu dua anak ini, agak berpromosi.

Rasa inilah yang menjadi pembeda antara Hanah Cake, demikian label brownies singkong buatan Sri, dengan produk sejenis. “Dengan rasa seperti inilah pembeli yang semula sekadar mencicipi, keesokannya akan membeli tanpa ragu lagi. Pada rasa inilah terletak mutu produk saya, sehingga konsumen tidak perduli lagi dengan harganya. Meski untuk itu saya harus menekan harga serendah mungkin. Melalui rasa ini pulalah saya ingin menciptakan pasar, tidak lagi mengikuti pasar,” ujar Sri, yang saat ini juga sedang membuat cookies (lebaran) dari tepung singkong.

Perempuan yang sekarang ditugasi sebagai konsultan pembuatan makanan berbahan tepung singkong ini, membuat dua jenis brownies yaitu kukus dan panggang. Keduanya dibuat dalam tiga ukuran yakni 10 cm x 12 cm, 10 cm x 20 cm, dan 24 cm x 24 cm dengan kisaran harga Rp17 ribu–Rp65 ribu untuk setiap loyangnya. Setiap brownies memiliki topping yang berbeda-beda, tergantung permintaan konsumen, seperti keju parut, cokelat putih, cokelat blog, atau cokelat chips. “Khusus untuk topping keju parut, ada penambahan biaya sekitar Rp3 ribu/loyang,” jelas istri seorang guru SMP (Sekolah Menengah Pertama) ini.

Namun, karena modal tidak mencukupi, Sri belum memunyai gerai sehingga hanya menerima pesanan. “Selain itu, dengan cuma melayani pemesanan, saya bermaksud memberikan brownies yang fresh from the oven,” ujar Sri, yang mengalami peningkatan pemesan hingga empat kali lipat setiap menjelang lebaran. Untuk pemesanan, ia menyarankan dua atau tiga hari sebelumnya, meski ia mampu melayani pemesanan mendadak. Untuk tambahan pelayanan, ia juga menyediakan jasa antar (delivery) di sekitar Jakarta–Bekasi dengan biaya minimal Rp10 ribu.

“Saya juga memilih memasarkan brownies saya melalui berbagai bazar atau pameran daripada menitipkan ke kantin-kantin. Sebab, hasilnya jelas-jelas sangat efektif yaitu mampu menghabiskan 10–12 loyang ukuran kecil,” imbuh wanita Jawa kelahiran Jakarta hampir 38 tahun lalu itu. Di samping itu, ia juga berpromosi melalui internet. Kini Hanah Cake telah tersebar ke Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dan Surabaya.

Apa sih kelebihan tepung singkong dibandingkan tepung terigu? “Dilihat dari teksturnya, tepung singkong lebih padat sehingga dalam penggunaannya lebih irit. Misalnya, untuk membuat satu adonan kue dibutuhkan 200 gr tepung terigu. Sedangkan dengan tepung singkong hanya diperlukan 150 gr. Di samping itu, tepung singkong memunyai kadar air lebih sedikit sehingga brownies cepat matang saat dikukus, kadar gula lebih tinggi sehingga irit penggunaan gula, rasanya netral sehingga gampang menyerap penambah rasa apa pun, dan harganya lebih murah (tepung terigu dijual dengan harga Rp7 ribu–Rp10 ribu per kilogram, sedangkan tepung singkong Rp5 ribu/kg, red.),” jelasnya.

Dilihat dari daya tahannya, ia melanjutkan, tepung singkong dapat disimpan hingga setahun sedangkan tepung terigu baru sebulan sudah kutuan. Setelah diolah menjadi brownies, brownies singkong mampu bertahan 12 hari di luar lemari es, sedangkan browines terigu hanya selama seminggu (di dalam kulkas, baik brownies singkong maupun brownies terigu mampu bertahan selama sebulan, red.).

Namun, dari segi ketersediaan, ia menambahkan, tepung singkong belum sebanyak tepung terigu. Maklum, pabrik pengolahannya baru ada tiga yaitu di Trenggalek (Jawa Timur), Lampung, dan Karawang (Jawa Barat). Selain itu, sebagian besar tepung singkong yang dihasilkan lebih banyak digunakan untuk memenuhi pasokan berbagai industri makanan di luar Pulau Jawa. Tapi, Sri sendiri sampai sejauh ini tidak pernah kesulitan pasokan. Nah, selamat mencicipi.

Enam Keunggulan Tepung Singkong Dibandingkan Tepung Terigu:
Teksturnya lebih padat sehingga dalam penggunaannya lebih irit.
Kadar air lebih sedikit sehingga kue cepat matang saat dikukus.
Kadar gula lebih tinggi sehingga irit penggunaan gula atau bahan pemanis lain.
Rasanya netral sehingga gampang menyerap penambah rasa apa pun.
Harganya lebih murah.
Setelah diolah menjadi kue, daya tahannya lebih lama daripada yang terbuat dari tepung terigu.

(sumber: Majalah Pengusaha – Peluang Usaha dan Solusinya)

Lezatnya Aneka Kue dari Bahan Singkong



Lezatnya Aneka Kue dari Bahan Singkong


Olahan singkong tak musti hanya menjadi makanan yang tidak menarik, baik secara estetika maupun rasa. Singkong bisa diolah menjadi aneka penganan yang menarik dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Di rumahnya di kawasan Pancoran, Depok, Jawa Barat, ubi kayu ini bisa diolah menjadi aneka macam penganan jenis cake, brownies, dan aneka cookies atau kue-kue kering yang kaya rasa dengan rupa yang cantik-cantik.

Bahkan kue-kue kering “biasa” seperti nastar, putri salju, brownies, dan kastengel bisa dibuat dari bahan singkong dan dinamakan nastar singkong belimbing, putri salju green tea singkong, brownies singkong keju, brownies singkong green tea, kastangel singkong, serta aneka rupa makanan lain.

Dan semuanya berbahan dasar 100 persen singkong. “Kalau di tempat lain, memang sudah ada yang mengelola brownies dan blondies dari singkong.

Tapi itu pun kadarnya 80 persen singkong dan sisanya tetap menggunakan tepung terigu. Kalau di sini semua terbuat dari singkong,” kata Sri yang pernah mendapatkan penghargaan Pangan Award dari Unit Kerja Mandiri (UKM) Departemen Perdagangan RI kategori diversifikasi pangan pada November 2009. Untuk menjadi kue-kue yang lezat dan menarik, singkong harus diolah terlebih dulu menjadi tepung singkong.

Tepung singkong dibuat dari singkong yang telah direbus dan dijemur, kemudian ditumbuk hingga menjadi tepung.

Barulah kemudian tepung singkong ini digunakan sebagai bahan dasar kue-kue, layaknya penggunaan tepung terigu pada pembuatan kue-kue umumnya.

“Bukan tepung tapioka loh, tapi tepung singkong,” tandas Sri yang juga pernah meraih penghargaan dari salah satu majalah perempuan sebagai fi - nalis Wanita Wirausaha 2009 ini.

Tepung tapioka berasal dari saripati singkong yang telah diparut dan diambil airnya untuk kemudian diendapkan.

Endapan inilah yang kemudian menjadi tepung tapioka. Penggunaan tepung tapioka atau yang sering disebut sebagai tepung sagu, atau sebagian masyarakat mengenalnya sebagai tepung kanji ini, sudah cukup dikenal dalam dunia pembuatan kue. Tapi penggunaan tepung singkong untuk pembuatan aneka kue masih belum familiar.

Tepung singkong pun masih cukup sulit didapat, sebab jenis tepung ini masih jarang dijual di pasaran.

Berbeda dengan tepung tapioka atau bahkan tepung terigu yang sudah biasa ditemui di pasar. “Untuk bahan baku membuat kue ini, saya memperoleh tepung singkongnya dari Trenggalek, Jawa Timur, dan Lampung.

Itu pun pesannya harus dari jauh-jauh hari. Telepon sana, telepon sini, kadang tidak ada juga,” kata Sri. Tepung singkong bisa didapat dengan harga 5.000 rupiah per kilogram (kg).

Dan ongkos kirimnya bisa mencapai 50.000 rupiah untuk satu karung tepung singkong ukuran 25 kg. Ditambahkan Pasta Menurut Sri, pembuatan kue dan brownies dengan menggunakan tepung singkong pada dasarnya sama dengan pembuatan brownies maupun aneka cookies dengan menggunakan tepung terigu.

Hanya saja, dalam prosesnya sedikit membutuhkan ketelatenan dan sedikit merepotkan. Misalnya harus memisahkan putih dan kuning telur ketika proses pengadukan berlangsung.

“Kalau brownies ataupun cake tepung terigu, ketika kita mengocok putih telur dan kuning telurnya bisa disatukan, kemudian dimasukkan tepung terigunya.

Tapi kalau brownies atau cake dengan tepung singkong, kuning telur dan putih telurnya harus di-mix tersendiri.

Setelah itu, baru dicampur dengan adonan kuning telur dan tepung terigunya.” Proses terpisah ini sengaja dilakukan mengingat kandungan air dalam tepung singkong lebih tinggi atau lebih banyak dibandingkan dengan kandungan air pada tepung terigu.

Jika tepung singkong dan putih telur tidak dipisahkan, maka akan menyebabkan kue menjadi tidak mekar saat dipanggang atau dikukus. “Kuenya jadi mimpes, tidak mekar.

Kalau dicampurkan terpisah dan pada menit-menit akhir sebelum dipanggang, maka hasilnya akan bagus. Mekar seperti kue dengan bahan baku tepung terigu,” jelasnya.

Lalu bagaimana rasa kue-kue dari tepung singkong buatan Sri? Sepintas mungkin tidak ditemukan bedanya dengan yang dibuat dari tepung terigu, sebab tampilan fisiknya memang serupa.

Namun jika mencicipi rasanya, beda antara bahan baku tepung terigu dan tepung singkong ini akan cukup terasa.

Nastar singkong belimbing terasa lebih kering. “Serat tepung singkong memang lebih kasar dibandingkan dengan tepung terigu. Jadi akan terasa berbeda di lidah,” kata Sri menyakinkan.

Membuat kue kering dengan tepung singkong, lanjut Sri, tidak sama dengan kue kering dari tepung terigu, terutama dalam hal komposisi bahan baku yang digunakan.

Jika pada kue-kue kering umumnya hanya menggunakan kuning telur saja, maka tidak dengan kue-kue kering dengan bahan dasar tepung singkong. Dalam setiap adonan kue-kue kering dengan tepung singkong harus disertakan putih telur dengan perbandingan minimal separonya.

“Misalnya kalau satu adonan membutuhkan tiga butir kuning telur, maka putih telurnya setidaknya adalah satu putih telur.

Lumayan juga kan bisa memanfaatkan putih telur daripada dibuang,” tambahnya. Sifat tepung singkong yang tinggi kandungan air ini membuat kue yang dihasilkan akan sangat mempur atau mudah sekali hancur ketika sudah matang. “Jadi dengan putih telur ini sifat kue lebih elastis.

Putih telur ini bisa menggantikan peran gulatin pada tepung terigu,” katanya. Agar kue-kue kering dari tepung singkong bisa renyah, Sri menambahkan tepung maizena dalam setiap adonan.

Sedangkan untuk mengurangi aroma langu dari tepung singkong, biasanya Sri menambahkan pasta aneka rasa. Harga kue-kue berbahan dasar singkong buatan Sri ini cukup terjangkau.

Jenis nastar, kastangel, dan kue-kue kering lainnya harganya antara 25.000 rupiah hingga 55.000 rupiah per toples. Untuk brownies maupun blondies berharga mulai dari 36.000 rupiah.
nik/L-4/Jumat, 22 Januari 2010.


Sumber : http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=43157

Legitnya Usaha Brownies Singkong





Legitnya Usaha Brownies Singkong


Para penikmat kue tentu sudah mengenal baik brownies. Itu, lo, cake coklat yang bantat atau kenyal, berasa manis dan legit. Makanan ini sempat menjadi santapan terkenal lantaran ada beragam model pengolahannya. Mulai dari brownies oven sampai kukus.

Biasanya, brownies memakai bahan baku tepung terigu. Tapi saat harga terigu terus naik seperti sekarang, mulai ada usaha menggunakan tepung singkong sebagai bahan baku utama. Bentuk dan rasanya memang sekilas tak berbeda. Sebagian orang bilang, rasanya beda tipis alias mirip banget dengan brownies terigu. Tapi, biaya pembuatannya jauh lebih irit.

Salah satu yang pengusaha yang telah mencoba peruntungan brownies singkong adalah Sri Murtiningsih. Sejak Januari lalu, ia membikin brownies berbahan singkong. Sebelumnya, Sri telah melakukan uji coba hampir selama tiga tahun sebelum mendapatkan formula yang pas. "Dulu, saya coba bikin kue itu hanya sekedar untuk pameran," ungkap pemilik Hanah Cake yang berlokasi di Pancoran Mas, Depok kepada KONTAN, Minggu (25/5), lalu.

Boleh dibilang, walau belum lama menggarap brownies dari tepung singkong, namun permintaan pasar sungguh menjanjikan. Buktinya, Sri sering kewalahan memenuhi permintaan. "Mungkin karena bahannya dari singkong, orang jadi penasaran dan ingin mencoba rasanya," ungkapnya.

Sri membuat brownies dalam dua bentuk. Pertama, brownies mungil yang ia lego seharga Rp 1.300 per potong. Kedua, brownies dalam boks atau kotak seharga Rp 17.000 hingga Rp 68.000 per kotak. "Yang beli boks kebanyakan kalangan menengah ke atas," ungkapnya.

Setiap hari, Sri mampu menjual brownies singkongnya ke sejumlah toko di kawasan Depok dan Jakarta. Ada yang dijual dengan sistem "titip" lewat pendagang atau warung. "Saya biasa titip ke warung-warung dan koperasi mahasiswa UI," imbuhnya. Jenis brownies yang ia titipkan biasanya berupa potongan-potongan kecil.

Selain itu, Sri juga melayani pesanan. Datangnya memang tak menentu. Bisa saja, bulan-bulan tertentu ramai sekali. Tapi, kadang, satu bulan penuh tak ada pesanan masuk.

Ingin membangun merek

Sri sebenarnya bukan pemain baru di bisnis kue. Sejak 1993, ia sudah bergelut di bisnis ini. Awalnya, ia hanya bermodal Rp 25.000 untuk membuat cake, brownies dan cookies. "Pertama kali itu, saya jual sendiri ke stasiun Depok," kenangnya.

Selanjutnya, usaha Sri terus berkembang, walau pernah jatuh bangun juga. "Kadang omset penjualan kecil, sering juga hasilnya lumayan besar. Tapi, menjelang kenaikan bahan bakar (BBM) kemarin, omset turun lagi," ungkapnya sembari mengelak menyebutkan nominal omset usaha saat ini.

Dalam sebulan, Sri bertutur bisa membuat 500 kue jenis brownies, cake, dan cookies. Itu masih ditambah pesanan dengan rata-rata satu hingga tiga pesanan per bulan. "Kalau pesanan tidak bisa dirata-rata jumlahnya," jelasnya. Dari usaha ini, setiap bulan, Sri bisa mengantungi keuntungan bersih lebih dari Rp 2 juta.

Jika brownies sudah menggunakan tepung singkong, untuk membuat Cake dan Cookies, Sri masih menggunakan terigu sebagai bahan baku. "Perlahan, saya akan terus uji coba agar bisa diganti dengan tepung singkong semuanya," ungkap wanita berjilbab ini.

Bagi Sri, langkah memakai bahan baku tepung singkong ini antara lain untuk menekan ongkos produksi yang semakin mahal. "Tepung singkong di pasaran Rp 5.000 per kilogram, sedangkan terigu minimal Rp 8.000 per kilogram," jelasnya.

Sri melihat peluang dengan menggarap serius brownies dari singkong ini. Namun saat ini, ia masih ingin memantapkan formula sekaligus memperkenalkan secara luas produk ini ke masyarakat. "Saya promosi dengan ikut bazar, pameran dan menyebarkan brosur. Semoga itu bisa meningkatkan pesanan," ungkap Sri.

Sri bilang, ingin membangun merek sebagai pioner pembuat kue berbahan tepung singkong. Ia yakin, bisnis ini masih cerah lantaran belum banyak pesaing. Sayang, Sri masih terbentur dengan permodalan.

Sri bilang, sebagai pelaku usaha kecil, ia harus pintar-pintar menyiasati keadaan. Ia berharap ada pihak yang peduli mengangkat usaha yang cukup prospektif ini. "Semoga pemerintah peduli. Syukur-syukur ada yang mau menanamkan investasi dengan menjadi bapak angkat usaha ini," harapnya. (PURWADI)

----------------
Hanah Cake
Jl Citayam Raya, Gg. Bhakti RT 002 RW 02, No. 57 Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat
Telepon (021) 30522110
Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2008/05/28/09081154/Legitnya.Usaha..Brownies.Singkong

Jumat, 18 Juni 2010

Ristono, dari Varietas Singkong Gajah untuk Alternatif BBM

Ristono, dari Varietas Singkong Gajah untuk Alternatif BBM


Oleh : Oscar Rinto Pangendongan - Samarinda

Bayangkan jika minyak bumi, gas alam, dan batu bara sebagai sumber bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini digunakan habis. Manusia bakal tak bisa berbuat apa-apa? Itulah yang menjadi dasar Ristono melakukan penelitian tentang bahan bakar alternatif di Kaltim. 

SUDAH banyak penelitian yang dilakukan para ahli untuk menemukan sumber bahan bakar alternatif. Dari sekian banyak peneliti, Prof Ristono menjadi salah satu ahli yang konsen dalam pencarian sumberdaya alam (SDA) yang dapat digunakan menjadi BBM. Apalagi setelah pelaksanaan konferensi lingkungan dunia di Bali dan pertemuan pemimpin dunia yang dikenal dengan G7 di Hokaido, yang membahas tentang bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi dan batu bara. Maka, pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, ini menjadikan singkong sebagai tanaman penyelamat energi dunia karena dapat diubah menjadi etanol atau alkohol. Senyawa kimia yang umumnya dikenal sebagai bahan pembuat minuman keras (beralkohol). Sisi positifnya, senyawa ini dapat digunakan sebagai bahan bakar. 

Hal inilah yang membuat Ristono, sejak tahun 2006, hanya berkonsentrasi meneliti jenis tanaman singkong (ubi kayu) sebagai sumber energi alternatif. Meskipun sejak tahun 1992, ia telah mengumpulkan benih singkong di Kaltim, tetapi saat itu belum melakukan penelitian kegunaan singkong sebagai bahan bakar alternatif. Saat itu, dirinya hanya konsen melakukan penelitian tentang singkong sebagai bahan perekat briket batu bara, bioetanol pengganti alkohol, serta ketahanan pangan dan energi.

Perburuan benih singkong pun dilakukannya dengan mendatangi desa bekas lokasi transmigrasi, seperti Rantau Pulung, Marang Kayu, Manggar, Anggana, Sepaku, serta di Pasir. Pengamatan pertumbuhan benih serta pembesaran umbi dilakukan sejak umur 4 bulan hingga 9 bulan.

Dari hasil pengamatan pria yang pernah menjadi pengajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unmul ini, pada tahun 2007, dia menemukan satu varietas unggulan yang dinamakan singkong gajah. Benih ini kemudian diujicobakan ke masyarakat di Desa Bukit Parianan, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Juga ditanam di Desa Lamaru Balikpapan, Desa Sepaku Penajam Paser Utara, Berau, Malinau, Paser, dan di Universitas Borneo Tarakan.

“Dari hasil penanaman, hasilnya sangat memuaskan. Berat umbi singkong rata-rata saat berumur 4 bulan hingga 9 bulan berkisar antara 15 hingga 46 kilogram. Sedangkan berat umbi singkong biasa pada umur 4 bulan hingga 9 bulan, umumnya hanya 2 hingga 5 kilogram,” jelas alumni Universitas Tokyo, Jepang ini. 

Upaya memanfaatkan hasil pengamatan bersama Borneo Environmental Community (BEC) ternyata tak semulus yang dibayangkan. Banyak kendala dalam pengembangan singkong gajah.

“Modal yang diperlukan cukup besar, khususnya untuk pembukaan dan penyiapan lahan, serta pembelian bibit, pupuk, pemeliharaan, dan pasca panen. Per hektarenya diperlukan dana Rp 10 juta hingga Rp 20 juta,” papar Ristono.

Namun tantangan itu tak membuatnya menyerah. Bersama Bambang Pranghutomo, Faisal Ahmad, dan Puji Astuti, bekerjasama dengan Pemkot Balikpapan menggelar seminar bertopik Peluang Bisnis Bioetanol di Kalimantan Timur. Kesempatan bagi BEC untuk memamerkan singkong gajah sebagai bahan baku yang cocok dikembangkan di Kaltim. Pada waktu itu varietas unggul dalam produksi di atas 100 ton per hektare. 

Seminar ini berujung pada antusiasme masyarakat yang cukup besar dengan meminta BEC untuk menyebarkan bibit dan teknologi ke masyarakat luas. Tak hanya diminta secara perorangan, namun banyak juga organisasi yang meminta mereka memberikan seminar maupun berdiskusi.

“Kata orang, kesempatan tidak datang dua kali,” tutur Ristono yang menjabat sebagai ketua umum BEC.

Kini, BEC memiliki banyak koleksi singkong unggulan yang diberi nama oleh BEC sebagai Singkong Gajah. Keunggulan varietas ini terletak pada berat umbi, kemudahan penanaman, bisa langsung dikonsumsi sebagai bahan makanan pengganti beras dengan rasa ketan, dan umur panen yang hanya memakan waktu 6 hingga 9 bulan. Benih singkong gajah kini telah tersebar dan dikembangkan oleh BEC di 8 kabupaten kota di Kaltim, seperti Samarinda, Balikpapan, Penajam Paser Utara, Paser, Kutai Kartanegara, Tarakan, Malinau, dan Nunukan. 

“Jika ada kabupaten kota lainnya yang mau bekerjasama dengan kami, tentu kami siap membantu menjelaskan dari proses penanaman hingga pemanenan,” terang pria yang kini telah berusia 59 tahun ini.

Singkong Jadi Etanol 

Singkong sebagai bahan baku nabati (BBN) dapat diolah menjadi bioetanol pengganti premium. Pati yang terdapat di dalam singkong merupakan senyawa karbohidrat yang dapat diubah menjadi glukosa dengan bantuan cendawan Aspergillus sp. Setelah menjadi gula baru diubah menjadi etanol melalui proses difermentasi.

Tahapan pembuatan bioetanol berbahan dasar singkong, dengan cara mengupas singkong kemudian dipotong kecil kemudian mengawetkan singkong dengan cara dikeringkan hingga kadar air 6 persen (gaplek).

Setelah itu, gaplek dimasukkan ke dalam tangki berkapasitas 120 liter sebanyak 25 kilogram. Selanjutnya ditambahkan air hingga mencapai volume 100 liter dan dipanaskan hingga suhu mencapai 100 derajat celsius dan diaduk selama 30 menit sampai mengental. 

Bubur gaplek kemudian dimasukkan kedalam tangki skarifikasi (proses penguraian pati menjadai glukosa), kemudian dimasukkan cendawan Aspergillus sp sebagai pengurai setelah bubur dalam keadaan dingin. Tiap 100 liter bubur pati diperlukan 10 liter larutan cendawan Aspergillus sp atau 10 persen dari bubur.

Setelah dua jam air akan terpisah dari endapan gula kemudian difermentasi. Tangki fermentasi ditutup rapat umtuk mencegah kontaminasi. Proses fermentasi secara anaerob (tidak membutuhkan udara) pada suhu 28 derajat hingga 32 derajat. 

Setelah 2 – 3 hari larutan pati berubah menjadi 3 lapisan, yaitu, lapisan terbawah berupa endapan protein, lapisan tengah air dan lapisan teratas etanol. Hasil fermentasi disebut bir yang mengandung 6 – 12 % etanol. Bir kemudian disedot dan dipisahkan dari endapan protein dengan disaring.

Bir kemudian disuling (destilasi) untuk memisahkan etanol dari air pada suhu 78 derajat celsius. Dari penyulingan dihasilkan etanol 95 persen. Untuk dapat larut dalam bensin diperlukan etanol 99 persen (etanol kering) sehingga dilakukan destilasi absorbent dengan cara etanol kering dipanaskan pada suhu 100 derajat selsius dan dihasilkan 10 liter etanol kering. (*)

Sumber : http://lemlit.unmul.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=77:ristono-dari-varietas-singkong-gajah-untuk-alternatif-bbm&catid=1:latest-news


Selasa, 15 Juni 2010

Membuat Racun Rumput (menjadi) Murah

SERI PENGALAMAN PETANI NUNUKAN

Membuat Racun Rumput (menjadi) Murah

Oleh : Dian Kusumanto

Beberapa waktu yang lalu penulis pernah menyajikan beberapa pengalaman petani untuk membuat atau meramu sendiri racun rumput yang murah tetapi tetap berdaya guna.   Ada 3 resep yang sudah disajikan yaitu Gus Bensol 11, Alur G 12 dan Hervit Top 13.  Nama-nama itu dibuat oleh penulis agar mudah diingat, karena susunan hurufnya adalah singkatan dari unsur-unsur bahan pembuatan   racun rumput hasil rekayasa petaninya.

Gus Bensol 11, disebut demikian karena bahan untuk meramu racun rumput ini terdiri dari : G (garam, U (Urea),  S (Sabun Colek), Ben (Bensin) dan  Sol (Solar).  Kemudian angka 11, artinya semua bahan dengan perbandingan  1 (Kg) : 1 (Kg) : 1 (Wadah) : 1 (Liter)  : 1 (Liter).  Racun rumput yang bersifat kontak ini dibuat petani jika sudah kepepet karena tidak punya uang cukup untuk membeli herbisida atau pada saat stok herbisida kosong tetapi rumput sudah tiba saatnya harus dibasmi.  Penulis mendapatkan resep ini dari Pak Mo di Jalan Sungai Lemo Sedadap Nunukan Selatan.

Alur G 12, terbuat dari Al (Air Laut) 12 liter, Ur (Urea) 2 kg dan G (salah satu nama Herbisida kontak) sebanyak 1 liter.   Semua bahan dicampur dan kemudian dimasak hingga mendidih.    Resep ini sebenarnya untuk menghemat herbisida yang harganya sangat mahal, untuk diperbanyak dari 1 liter menjadi 12 liter agar biaya dalam pembasmian rumput ini menjadi murah bagi petaninya.  Sebenarnya resep ini diperoleh dan dipraktekkan oleh Pak Mustafa, petani Jagung di Sei Jepun Nunukan Selatan, pada saat bekerja di kebun Kelapa Sawit di Lahat Dato Sabah Malaysia.  Sepulangnya dari ‘makan gaji’ di Malaysia Pak Mustafa selalu mempraktekkannya untuk  lahan Jagungnya  di Sei Jepun seluas sekitar 4 hektar.

Hervit Top 13, berbahan Her (herbisida) 1 liter, Vit (Vitsin) 250 gram atau satu kantong dan Top (Toak Pahit) sebanyak 3 liter.  Semua bahan dicampur dan bisa digunakan langsung sebagaimana biasanya.   Resep ini dicatat dari temuan Pak Asri Aziz seorang PPL Sebatik Barat dari beberapa petani binaannya  yang sudah terbiasa digunakan petani.   Menurut petani sebenarnya dulu resepnya hanya menggunakan Vitsin dan  Toak Pahit saja, namun kemudian petani ingin lebih menguatkan efeknya  dengan menambahkan herbisida.

Pada saat penulis  mengikuti  Pekan Daerah KTNA di Kota Tenggarong, sempat bertemu beberapa petani dari  Bengalon Kutai Timur Kalimantan Timur, yaitu Pak Saifuddin,  Pak Gioto dan Pak Ismail.   Dari Bengalon Kutai Timur ini sudah biasa menggunakan resep untuk memperbanyak racun rumput, khususnya yang bersifat sistemik (yaitu R..).   Resep dari Bengalon  ini berbahan Ragi, Urea, Air Hujan dan Herbisida dengan perbandingan  Ragi  Tape (1 kantong),  Urea (1 kg), Herbisida (R) 1 liter dan Air Hujan sampai dengan 5 liter.   Semua bahan dicampur  dan diaduk sampai merata kemudian diperam dalam wadah yang kedap sinar dan disimpan selama 1 minggu.    

Racun rumput ini agar mudah mengingat bahan   pembuatnya    maka disebut sebagai  Heragur AH5, maksudnya Her (herbisida), Rag (Ragi Tape), Ur (Urea) dan AH (Air Hujan) serta 5 maksudnya menjadi 5 liter.

Hikmah berkumpul dengan petani peserta Peda dan Rembug KTNA yang lain lagi adalah pengalaman petani dari Sebatik, yaitu Pak H. Alimuddin Ketua Kelompok Tani Sinar 2000.   Ada resep racun rumput yang berbahan Air Fermentasi Kakao atau sering disebut Air Kakao, Sabun Colek, Urea dan Herbisida kontak (seperti G..).   Cara dan resepnya yaitu,  memasak air biasa yang dicampur sabun colek (setengah kg) sambil terus diaduk sampai rata atau larut dan mendidih.  Setelah itu dicampurkan bahan-bahan lain seperi Urea ( 1 kg),  Herbisida (5 liter) dan Air Kakao (15 liter) dan diaduk hingga merata.

Penggunaan racun rumput oplosan ini adalah sebanyak 200 ml untuk satu tangki Sprayer 16 literan.  Biasa digunakan sebagai racun rumput kontak untuk sawah.   Kelemahan racun rumput ini adalah jika digunakan dengan Sprayer berbahan logam akan mudah korosi atau berkarat.

Agar memudahkan mengingat maka penulis member nama resep ini dengan  Arkosur H 515, maksudnya Arko (Air Kakao), S (Sabun Colek), Ur (Urea), H (Herbisida) dan 515 (5 liter herbisida dibandingkan 15 liter air kakao).

Resep-resep ini adalah karya dari petani yang cukup kreatif untuk mengatasi keterbatasannya tetapi terus berusaha tani dengan biaya yang lebih hemat .   Ini adalah bukti dari kearifan local para petani menghadapi keadaan semakin mahal dan langkanya racun rumput di pasaran.  Harapannya agar resep-resep ini dapat menjadi referensi bagi petani yang lain.  Meskipun ini bukan anjuran teknologi yang paten dan diakui oleh Pemerintah, tetapi silakan saja dicoba untuk kalangan petani sendiri dan kalau perlu dikembangkan dengan resep-resep yang lainnya.

Bagaimana menurut Anda?  Adakah resep dan pengalaman yang lain di sekitar Anda?

Kamis, 25 Maret 2010

Singkong Gajah di Nunukan

Penulis dan Singkong Gajah yang berumur 11 bulan di Belakang Kompleks BLK Sei Fatimah Nunukan, Kaltim.   Singkong Gajah adalah Singkong yang telah berkembang di Kalimantan Timur sejak lama, amun kemudian dipopulerkan kembali dengan nama 'Singkong Gajah' oleh Prof. Ristono dari Borneo Environment Community yang berkantor pusat di Samarinda.   Penulis adalah anggota BEC untuk wilayah Kalimantan Timur bagian Utara.

Batang Singkong Gajah lebih besar dari lengan Penulis.  Singkong Gajah berbeda dengan Singkong biasa, batang pohon Singkong Gajah mengalami percabangan sebagaimana Singkong tahunan, bahkan percabangannya sampai 5 kali pada umur 11 bulan.   Daun Singkong Gajah memiliki sampai 9 sirip daun, seperti gambar di bawah ini. 

Batang Singkong Gajah berwarna coklat agak kehitam-hitaman, tangkai dan tulang daun  berwarna merah, batang mengalami percabangan hingga 5 tingkat (kali) percabangan sehingga bentuk pohon Singkong Gajah seperti Singkong Tahunan (Singkong Karet atau Singkong Gendruwo).  Namun rasa umbinya  Singkong Gajah enak, tidak pahit seperti Singkong Gendruwo atau Singkong Karet.  Singkong Gajah sudah bisa dipungut hasilnya bahkan pada umur 6 bulan, namun hasilnya belum begitu banyak.

Gambar  di atas ini adalah Singkong Gajah yang lainnya, agak berbeda dengan yang di atasnya tadi.  Batang pohon Singkong Gajah yang ini coklat agak kemerah-merahan dengan tangkai dan tulang daun berwana putih kehijauan.   Menurut Bapak Subandi,  (Kabid Tanaman Pangan Dipertanak Nunukan), jika Singkong bertangkai dan tulang daun putih biasanya bersifat genjah, artinya pada umur muda sudah mulai berisi umbinya, sehingga bisa dipanen lebih muda.  Sedangkan Singkong yang bertangkai dan tulang daun warna merah, biasanya umurnya agak dalam, artinya singkong ini baru berisi pada umur yang agak tua, maka pemanenan lebih lama.

Bapak Drs. Asmuni inilah yang mendatangkan dan mempopulerkan Singkong Gajah di Nunukan dan Tarakan.  Di Nunukan Singkong Gajah ditanam di belakang BLK (Balai Latihan Kerja)  yang berdekatan dengan kebun SMK Negeri Nunukan yaitu di Jalan Sungai Fatimah di Nunukan.  Bapak Asmuni adalah mantan Kepala BLK  sekarang beliau sudah menduduki jabatan baru yaitu Camat Sebuku Kabupaten Nunukan.  Beliau bersama Penulis mempunyai rencana untuk mengembangkan Singkong Gajah di Sebuku.  Rencana pengembangan Singkong Gajah ini sudah masuk pada Rencana Kegiatan Tahun 2011 yang akan datang. 


Penjemuran Chips Singkong yang sudah mengalami 'fermentasi' dengan Stater Bio Mocaf.  

Perendaman Chip Singkong basah dalam bak hitam.  Ini skala ujicoba yang dilakukan oleh Penulis di Sanggar Riset   Aren Research Centre  milik AREN FOUNDATION yang berpusat di Nunukan Kalimantan Timur.


Tepung Mocaf hasil penggilingan Pabrik Tepung Mocaf binaan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan.  Pabrik Tepung Mocaf ini merupakan bantuan dari Pemerintah Pusat melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur.  Tepung Mocaf produksi Nunukan ini laris manis di pasaran  lokal  kota Nunukan dengan harga Rp 5.000 per kg.   Yang berminat memesan Tepung ini bisa menghubungi Dinas Pertanian atau langsung kepada Divisi Pemasaran Tepung Mocaf, yaitu Saudara Nanang dengan HP. 081254005645.   

Penulis dan Tepung Mocaf produksi pertama kali dari Nunukan.   Tepung ini sempat ada yang dilelang oleh Gubernur Kaltim Bapak Awang Farouk Ishak (AFI)  dengan harga Rp 1 juta satu kilogram saja.   Lelang kedua oleh Bupati Nunukan H. Abdul Hafied Ahmad laku Rp 500 ribu sekilogram saja.   Yang mahal mungkin tanda tangan yang ada di bungkus tepung mocaf tadi, kalau tepungnya sudah laku laris manis di Nunukan dengan harga Rp 5.000 per kg, lebih murah dibandingkan dengan harga tepung Terigu yang mencapai Rp 9.000 per kg.

Tepung Mocaf ini berwarna putih bersih seperti tepung terigu, tidak ada lagi aroma singkong atau ubi.  Menurut para pembuat kue, tepung ini sama dengan tepung terigu, persis tiada beda.  Ini sangat menguntungkan bagi mereka karena harganya lebih murah, hampir separuhnya.






Rabu, 10 Februari 2010

RACUN RUMPUT BUATAN SENDIRI YANG MURAH MERIAH

RACUN RUMPUT BUATAN SENDIRI YANG MURAH MERIAH


Oleh : Dian Kusumanto

Bumi Kalimantan pada umumnya sangat subur. Saking suburnya rumput-rumput juga sangat cepat pertumbuhannya. Para petani sering mengeluhkan keadaan ini. Betapa tidak, setelah lahan dibersihkan dengan cara ditebas atau dibakar, kalau sudah kena hujan sekali saja rumput lebih cepat menyusul. Tanaman yang ditanam belum besar rumputnya sudah lebih dulu meninggi dan menutupi tanaman.

Biasanya petani banyak mengandalkan racun rumput buatan pabrik yang semakin hari semakin mahal. Untuk membersihkan lahan dari rumput biasanya dilakukan beberapa kali. Kalau rumput tebal biasanya petani membakarnya saja dulu, kemudian dibiarkan sekitar 2 minggu sampai rumput mulai Nampak tumbuh lagi. Setelah itu lahan yang mulai ditumbuhi rumput tadi disemprot dengan racun rumput. Kadang petani menanami dengan tanaman yang dikehendaki sebelum penyemprotan atau yang lebih sering dilakukan setelah penyemprotan.

Setelah penyemprotan racun tersebut biasanya agak lama rumput baru tumbuh, ungkin biji rumput yang masih tersisa sebelumnya dan tidak sempat dimatikanoleh racun rumput pada penyemprotan sebelumnya. Sisa-sisa biji-biji rumput yang ada di tanah ini baru muncul sekitar 2-3 bulan kemudian (tergantung keadaan tanah, jumlah curah hujan, dll.). Pada saat pemunculannya kembali inilah petani menyemprot lagi dengan racun rumput, sebelum rumput-rumput ini sempat mengeluarkan bijinya. Jangan sampai penyemprotan dilakukan terlambat, sehingga biji-biji rumput sempat terhambur.

Demikian cara sebagian petani di Kalimantan, khususnya petani di Nunukan Kalimantan Timur yang pernah penulis temui. Beda dengan Petani di Jawa yang jarang menggunakan racun rumput pada usaha taninya, karena memang lahan yang tidak terlalu luas dan tenaga yang cukup banyak serta ternak yang memerlukan rumput setiap hari sehingga rumput selalu dipotong untuk pakan ternak.

Penggunaan racun rumput yang relative sangat banyak dan sering inilah yang membengkakkan biaya usaha tani para petani di Kalimantan umumnya, Nunukan pada khususnya. Akhirnya banyak cara dilakukan oleh para petani untuk menghemat pengeluaran belanja racun rumput dengan cara mereka sendiri. Paling tidak ada 3 (tiga) cara yang Penulis akan paparkan disini, yang berasal dari pengalaman beberapa petani di Nunukan Kalimantan Timur yang telah Penulis temui.


RESEP 5in1 (Five in One) alias GUS BenSol


Resep ini bisa saja diberi nama Racun Rumput FiO, atau Racun Rumput GUS BenSol. FiO artinya Five in One, sedangkan Gus Bensol maksudnya Garam Urea Sabun serbuk Bensin dan Solar. Mungkin nama yang enak didengar adalah Racun Rumput GUS BenSol, biar keren dan mudah terkenal. Bagaimana?

Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Bensin 1 liter
2. Solar 1 liter
3. Garam 1 kg
4. Urea 1 kg
5. Sabun Serbuk 1 kg

Cara membuat :
1. Semua bahan-bahan di campur satu persatu, mulai dari bensin dan solar dalam satu wadah.
2. Pada wadah yang lain kemudian garam dan urea serta sabun serbuk dicampur.
3. Wadah satu yang berisi campuran bensin dan solar dicampurkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk-aduk dituangkan pada wadah kedua yang berisi campuran garam, urea dan sabun serbuk.
4. Pengadukan dilakukan terus-menerus sampai campuran tadi menjadi larutan yang menyatu.
5. Bahan racun rumput (FiO) Five in One alias GUS Bensol siap digunakan. Simpanlah pada wadah yang aman dan tertutup jauhkan dan hindarkan dari nyala api, karena bahan ini mudah terbakar.

Cara Penggunaan :
Cara penggunaan sama dengan penggunaan racun rumput lainnya. Yaitu kalau kita ingin menyemprot dengan pompa sprayer berisi 15 liter air campurkan sekitar 50 cc obat racun rumput FiO Gus Bensol ini. Kalau dirasa kurang hebat ditambah sedikit dosisnya juga bisa sampai sekitar 200 cc (atau satu gelas wadah aqua) dalam tangki sprayer 15 liter (ada juga tangki yang 16 sampai 18 liter).


RESEP Oplosan Three in One (OTiO 12) alias Alur 12


Disebut Racun Rumput OTiO 12 alias Alur 12, hanya untuk memudahkan mengingat bahwa inilah cara petani untuk membuat pengenceran racun rumput 1 liter menjadi 12 liter dengan efek racun yang hampir sama. Pengalaman dari seorang Petani di Kampung Sei Jepun bernama Bapak Mustafa (43) ini diperoleh saat dia bekerja di perkebunan Sawit di Malaysia. Resep ini pun sudah diminta ijinny untuk disebarluaskan kepada para petani dimana saja berada, khususnya yang sempat membaca tulisan ini.

Penyemprotan rumput dan gulma di ladang jagung dengan menggunakan Racun Rumput buatan sendiri merek Alur 12
Pengisian Racun Rumput buatan sendiri merek Alur 12 ke dalam Tangki Pom (Pump Tank).
Bapak Mustafa dari Sei Jepun Nunukan, Kalimantan Timur

Disebut Alur 12 karena bahannya adalah Air Laut sebanyak 12 liter dan Urea, untuk memperbanyak Racun Rumput buatan pabrik yang akan digunakan.

Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Racun Rumput Buatan Pabrik (berbagai merek) 1 liter
2. Air Laut 12 liter
3. Urea 2 kg

Cara membuat :
1. Semua bahan-bahan di campur satu persatu ke dalam wadah terbuat dari Alumunium atau yang berbahan tembikar dari tanah liat dengan sambil terus diaduk-aduk.
2. Bahan-bahan larutan pengenceran racun rumput dengan air laut dan urea dalam wadah kuali itu kemudian dipanaskan di atas kompor atau tungku kayu bakar.
3. Pengadukan dilakukan terus-menerus sampai campuran tadi menjadi larutan yang menyatu sambil terus dipanaskan sampai mendidih. Pengadukan diusahakan jangan tepat di atas wadah agar uapnya tidak terhirup oleh si Pengaduk.
4. Bahan racun rumput OTiO 12 (Oplosan Three in One) siap digunakan. Simpanlah pada wadah yang aman dan tertutup jauhkan dan hindarkan dari jangkauan anak-anak.

Cara Penggunaan :
Cara penggunaan sama dengan penggunaan racun rumput lainnya. Yaitu kalau kita ingin menyemprot dengan pompa sprayer berisi 15 liter air campurkan sekitar 50 cc obat racun rumput OTiO 12 alias Alur 12 ini. Kalau dirasa kurang hebat ditambah sedikit dosisnya juga bisa sampai sekitar 200 cc (atau satu gelas wadah aqua) dalam tangki sprayer 15 liter (ada juga tangki yang 16 sampai 18 liter).

RESEP Oplosan Three in One (OTiO 13) alias Hervit Top 13

Disebut Racun Rumput OTiO 13 alias Hervit Top 13, hanya untuk memudahkan mengingat bahwa inilah cara petani untuk membuat pengenceran racun rumput 1 liter menjadi 3 liter dengan efek racun yang hampir sama. Pengalaman dari seorang Petani di Desa Setabu Kecamatan Sebatik Barat melalui seorang PPL bernama Asri Aziz (33) ini diperoleh saat dia bekerja di sawah dan kebun Kakaonya sendiri. Resep ini pun sudah diminta ijinnya untuk disebarluaskan kepada para petani dimana saja berada, khususnya yang sempat membaca tulisan ini.

Disebut Bervit Top 13 karena bahannya adalah Vitsin (Vit) 250 gram dan Toak Pahit (ToP) sebanyak 3 liter, untuk memperbanyak Racun Rumput buatan pabrik sebanyak 1 liter menjadi 3 liter.

Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Racun Rumput Buatan Pabrik (berbagai merek) 1 liter
2. Toak Pahit 3 liter
3. Vitsin 250 gram

Cara membuat :
1. Semua bahan-bahan di campur satu persatu ke dalam wadah terbuat dari Plastik atau yang berbahan tembikar dari tanah liat dengan sambil terus diaduk-aduk.
2. Bahan-bahan larutan pengenceran racun rumput dengan Toak Pahit dan Vitsin dalam wadah kuali itu kemudian diaduk-aduk.
3. Pengadukan diusahakan jangan tepat di atas wadah agar uapnya tidak terhirup oleh si Pengaduk.
4. Bahan racun rumput OTiO 13 (Hervit Top 13) siap digunakan. Simpanlah pada wadah yang aman dan tertutup jauhkan dan hindarkan dari jangkauan anak-anak.

Cara Penggunaan :
Cara penggunaan sama dengan penggunaan racun rumput lainnya. Yaitu kalau kita ingin menyemprot dengan pompa sprayer berisi 15 liter air campurkan sekitar 50 cc obat racun rumput OTiO 13 alias Hervit Top 13 ini. Kalau dirasa kurang hebat ditambah sedikit dosisnya juga bisa sampai sekitar 200 cc (atau satu gelas wadah aqua) dalam tangki sprayer 15 liter (ada juga tangki yang 16 sampai 18 liter).

Barangkali Anda juga punya resep yang sama ampuhnya dengan resep di atas. Atau bahkan lebih hebat? Maka jangan malu-malu atau ragu-ragu untuk saling berbagi, agar petani kita lebih makmur dan sejahtera. Sudah waktunya kita membela para Petani agar bisa meminimalkan biaya-biaya usaha taninya. Jangan selalu kita memeras petani dengan bisnis yang mengandung pembodohan terstruktur sekaligus merusak tatanan kelestarian alam.

Semoga berguna, Hidup untuk petani Indonesia!

Sabtu, 06 Februari 2010

Pacitan Mulai Menanam 16 Juta Batang Ubi Mukibat

Pacitan Mulai Menanam 16 Juta Batang Ubi Mukibat

Jum'at, 16 November 2007 | 15:18 WIB
TEMPO Interaktif, Pacitan

Untuk merealisasikan program nasional penyediaan energi alternatif, Pemerintah Kabupaten Pacitan mulai menanam 16 juta batang ubi mukibat di 20 ribu hektare lahan pertanian yang tersedia di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, pada musim penghujan ini.

"Kita mulai menanam ubi ini, sehingga sembilan hingga sepuluh bulan ke depan ubi ini bisa dipanen," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Pacitan, Pamuji, Jumat (16/11).

Ia mengatakan penanaman ubi mukibat ini digunakan untuk menyuplai dua perusahaan energi alternatif bethanol di Pacitan yang saat ini masih proses pembangunan.

Pemerintah Pacitan bekerja sama dalam hal penyediaan bahan baku dengan dua pabrik tersebut yang diperkirakan akan beroperasional pada tujuh hingga delapan bulan mendatang. "Bupati Pacitan Suyono bahkan telah memerintahkan satuan kerja untuk mengawal penanaman ubi mukibat hingga ke desa-desa," ujarnya.

Menurut dia, penanaman ubi ini diharapkan dapat memperbaiki pendapatan masyarakat Pacitan. Ubi mukibat nanti akan dihargai Rp 200 per kilogram.

Ia mentargetkan mampu menghasilkan sebanyak 900 ton ubi mukibat. Target ini lebih besar dari kebutuhan kedua pabrik tersebut yang hanya membutuhkan sekitar 600 hingga 700 ton untuk pembuatan bethanol.

DINI MAWUNTYAS

Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2007/11/16/brk,20071116-111717,id.html